Sunday, August 21, 2011

SHIA sebuah Branding Strategy Angkasa Pura

Mulai beberapa bulan yang lalu setiap kali ke Bandara Soetta (sebutan selama ini utk Soekarno Hatta airport) saya mulai menemukan identitas baru untuk bandara ini, yaitu SHIA (Soekarno Hatta International Airport) sebuah nama yg cukup keren bukan?
Brand baru utk bandara yg selama ini lekat dengan nama "Cengkareng" tersebut saya rasa merupakan terobosan yang cukup berani dan positif. Mengapa? Sebagaimana kita ketahui bahwa Soetta Airport adalah satu2nya pintu gerbang masuknya penumpang dari negara lain, selain menjadi hub bagi beberapa penerbangan domestik. Sudah saatnya Bandara soetta memiliki brand dan brand tersebut bersifat global.
Dari perspektif marketing places, Bandara adalah salah satu icon terpenting dalam kita memasarkan sebuah negara. Di era saat ini ketika arus barang dan manusia antar negara menjadi sangat mudah, bandara merupakan pintu gerbang yang menjadi cerminan dari sebuah negara. 
Bagaimana kita sangat kagum dan begitu nyamannya ketika kita berada di Changi Airport yg merupakan The Best Airport In The World dan menjadi slah satu icon singapura dan bahkan menjadi sah satu hub terpenting arus transportasi antara Asia, Eropa dan Australia. Hampir semua maskapai penerbangan pasti akan singgah ke Singapura ketika melayani rute rute Eropa, Asia dan Austalia. 
Bagaimana Changi bisa menjadi icon dan menjadi sebuah brand yg memiliki ekuitas yang tinggi?
Changi Airport tidak serta merta mendapatkan predikat sebagai the best airport in the world, tetapi didesain dg cukup bagus utk tujuan tersebut.
Secara penamaan Changi Airport sangat simple dan ear catching. Kemudian tidak hanya menjadi "pepesan kosong", secara infrastruktur Changi juga sangat luar biasa, dari desain bangunan, pelayanan, reliabilitas dan lainnya changi begitu sempurna. 
Bagaimana dengan SHIA? Saya pikir ketika meluncurkan brand baru ini manajemen (baca Angkasa Pura) telah memikirkan arti pentingnya sebuah merek dalam memasarkan produk. Namun ini baru langkah awal dalam brand strategy dan upaya marketing places. Selain pemilihan brand name yang cukup bagus dan meaningful, strategi berikutnya adalah dengan memberikan positioning yang jelas pada SHIA. Setelah positioning dibentuk, selanjutnya perlu adanya diferensiasi yang akan menjadikan brand SHIA memiliki character tersendiri. 
Untuk membangun positioning dan diferensiasi SHIA harus memperhatikan infrastruktur pendukungnya. Airport adalah service Industry dg pelanggan utama ada 2  yaitu Airlines dan penumpang. Keselamatan dan kenyamanan adalah basic need dari airlines dan penumpang, sehingga 2 hal inilah yang harus menjadi fokus sebuah airport dalam mengembangkan bisnisnya.

Khusus utk SHIA, dari perspektif penumpang, masih banyak kekurangan dsana-sini untuk mendukung kenyamanan penumpang. Terutama public transportation yang masih amburadul dan banyaknya 'pengganggu' seperti ojek, taxi gelap/mobil pribadi dan taxi tidak resmi.  Beda dengan Changi yang begitu tertib dan tidak ada taxi gelap, ojek dll yang mengganggu. Karena di Changi tersedia sarana transportasi yg nyaman mulai dari Taxi sampai MRT yg bebas macet.

Salah satu kendala kenyamanan transportasi menuju SHIA adalah kemacetan, karena tidak ada alternatif akses ke airport selain menggunakan mobil atau angkutan umum bus. Harusnya SHIA dan pemerintah  mulai memikirkan utk menyediakan sarana transportasi kereta api yg bebas macet. Sehingga akses menuju dan dari bandara semakin mudah dan bebas macet. Sekali lagi, Perubahan branding Bandara Soetta menjadi Soekarno Hatta International Airport harus diikuti dengan perubahan-perubahan dan perbaikan infrastruktur untuk menciptakan kenyamanan dan keselamatan airlines dan penumpang. 




2 comments:

Ahmadi Amrun said...

jujur....soetta atau SHIA adalah bandara utama terjelek yang pernah kulihat......
:(

Kita memang harus banyak belajar dari singapore nih pak Yudi....; bandara adalah kesan pertama....selanjutnya terserah anda...

WAHYUDI DARMAWAN said...

Betul boss, sama Juanda surabaya aja masih kalah..., Bandara Juanda surabaya masih lebih sedikit manusiawi.